Batik Pesisir
Batik Pesisir
Batik Pesisir, Motif Cendrawasih |
Istilah batik "pesisir" muncul karena letaknya berada di daerah pesisir
utara pulau jawa seperti Cirebon, Indramayu, Lasem, Bakaran, dan lain
sebagainya. Pola yang ada pada batik pesisir lebih bebas dan warnanya
lebih beraneka ragam, dikarenakan pengaruh budaya luar yang begitu kuat.
Tidak seperti batik keraton,
batik pesisir lebih ditujukan sebagai barang dagangan. Di samping itu
budaya luar pada batik pesisir sangat mempengaruhi bentuk ragam hias batik-nya terutama pada saat masuknya agama Islam pada abad 16. Ragam flora non figuratif menjadi alternatif dalam motif batik pesisir dikarenakan adanya larangan dikalangan ulama Islam dalam menggambar bentuk-bentuk figuratif.
Dalam sejarah perkembangan batik pesisir mengalami kemajuan sekitar abad
ke-19, hal yang menyebabkan kemajuannya adalah karena adanya kemunduran
produksi tekstil dari India yang selama itu menjadi salah satu produsen
kain terbesar yang dijual ke pulau jawa dan mengakibatkan banyak
konsumen beralih ke kain batik.
Puncak perkembangan batik pesisir adalah di masa pengusaha Indo-Belanda
yang berperan pada usaha pembatikan. Batik tersebut dikenal dengan nama "Batik Belanda". Selain pengusaha dari belanda pengusaha Cina juga ikut dalam usaha pengembangan batik pesisir.
Batik pesisir memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Ragam hias motif batiknya bersifat natural dan mendapat pengaruh kebudayaan asing secara dominan.
- Warna beraneka ragam
Batik pesisir terbagi menjadi delapan model :
1. Batik pesisir tradisional yang merah biru
2. Batik hasil pengembangan pengusaha keturunan, khususnya Cina dan indo Eropa
3. Batik yang dipengaruhi kuat oleh Belanda
4. Batik yang mencerminkan kekuasaan kolonial
5. Batik hasil modifikasi pengusaha Cina yang ditujukan untuk kebutuhan kalangan Cina
6. Kain panjang
7. Batik hasil pengembangan dari model batik merah biru
8. Kain adat
Berdasarkan motifnya batik pesisir terdiri dari:
a. Batik India atau Batik Sembagi
b. Batik Belanda
c. Batik Cina